Ditulis Oleh: Dr. Leliy Kholida, S.PdI., M.Ag.
“Ugh… tidak adil Bu Guru tadi,” keluh Haqi saat dijemput pulang sekolah, “Hanya kartuku saja yang disita, 150-an kartuku, tanganku sakit begini, eh… diambil paksa,” imbuhnya.
“Coba liat tanganmu?” selidik Ibu, sembari mengucapkan doa supaya tangan anaknya kembali sehat, “Bu Guru sangat sayang kamu, supaya tanganmu tidak sakit akibat mainan kartu,” Ibu menasihatinya.
“Ibu saja kaget dengar tepukan tanganmu yang sangat keras di atas keramik supaya kartu-kartu tumbang. Itu kan namanya berbuat gaduh. Etika murid kepada guru salah satunya tidak berbuat gaduh di kelas, sudah betul itu Bu Guru sita punya kamu, karena murid yang lain mau disiplin dengan menaati peraturan yang ada. Kamu mainnya di dalam kelas?” selidik Ibu.
Haqi menggelengkan kepala; mungkin dianggap curang oleh teman temanmu?” tambah selidik Ibu. “Tidak ya… tapi sebagian besar teman teman kehabisan kartunya.”
“Etiket murid terhadap guru perspektif Kitab Ta’līm al-Muta’allim karya Syeikh al-Zarnuji, yaitu: Tidak melintas di hadapan guru, tidak duduk tempat duduk guru, tidak memulai berbicara kecuali atas izin guru, tidak banyak bicara di sebelah guru.” Bapak menyambung nasihat. ***